Rabu, 28 Januari 2009

NAAN BINE NO AMA

Reff
i 7 i 7 i 7 56
Ina ii ana
5 5 4 4 5 4 3
opu opu belake
i 7 i 7 i 7 5 6
Ama a a ama
5 5 4 4 5 4 3
ama rian pukon 2 X
3 3 4 5 5
koda pulo
6 7 i 7 6 6
pulo welin bala
3 4 4 5 6 5 44 4 5 4 5 4 53
pana mete binek noon ama

mian tenake
luan welin koda
koda kenirin binek noon ama

Best Tukan 23 Mach 1994

@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Mengenang Waibalun
@@@@@@@@@@@@@@@@@@
“O Waibalun tanah air ku
Tanah tumpah darah ku
Masa kecil ku
Hidup ku di Waibalun
Sudah besar di tanah orang
O Waibalun
Aku rindu padamu
Tanah tumpah darah ku “

Begitulah para pujangga Waibalun memendam rasa cinta akan kampung halamannya Desa Waibalun. Semilir angin berhembus bersama anak anak kecil beranjak dewasa bernyanyi ria senja di Pante Watu Gokok.

Me & Friends


Entah dimana dia berada sekarang ,namanya Haruna ,sahabat baik dan banyak cerita tentang dia .

Senin, 26 Januari 2009

Peten onek hukut rae lewo
pe laran peen we
tite pana hama hama
kaka arin nimun titen berajan ke
koda kenirin susa tenulat pia ata lewo tana
hukut marin maan maen hamu rae lewo tana
ekan gelupa sudi onem kuran luan koda
weli Tuan Geraja titen...

hukut peten pe rae lowo tana
taan be a muri i
laran piin doan jaha kae

doan piin goe kudi pohe laran
malu mara pia ata lewo tana
pe rae Ile maindiri lolon
pe lau hukak ata pukon
mula menuren tawa gere
jadi kame ata matan doan kae

peten goe peten
hukun balik leron anen wati mor
kodi balik tola tena baja baha
ole ura matat bereket
lewo goen mae ..mae di jaha
tana goen ata Kudi lelen bala naen
Jaga sare tula koda jaga gelekat
lewo goen pukon ata jadi Ile Maindiri.........

Anyone can share about my Waibalun Village........

Sabtu, 24 Januari 2009





7 sEPT 08




Mengenang Hidup dari Waibalun 1

23 Maret 1974 terlahir saya di desa Waibalun..sebuah rumah sederhana tempat peninggalan Oyang Luga Bethan & Muku Kromen,di Lorong Nuha Waibalun RT 6 ku memulai kisah hidup yang takan mungkin terlupakan.Dalam dekapan Ibu ku yang tercinta / Mama Mia diberikannyalah seglah bentuk cinta kasih.Dari pagi jam 4.00 ibuku yang begitu rajin sudah memperisapkan masakan didapurnya yang reyot,kumuh dan lembab.Masakan yang istimewa untuk hidangan kami berlima nasi jagung dicampur beras.30 menit lamanya ibu berurusan dengan dapur sambil memetik daun merungge didepan rumah dan dengan bumbu penyedap vit sin / Ajino moto tersaji diatas meja makan tua dari kayu ulin peninggalan leluhur dirumah tua ini.Setelah merampungakan segalanya ibuku berpamitan dengan ayahku /Pa Inggu lalu ke pantai.dengan sebuah ember bak hitam dikepalanya ia berjalan,menhentakan jiwa raganya mencari ikan hasil tankapan para nelayan.Terkadang ibu kembali tampa membawa hasil.Sering juga Ibuku memetik sayur singkong,daun merungge,kelapa,daun pepaya,buah pepaya untuk dijual di Larantuka.Tanpa beralaskan sandal hampir setiap pagi semuanya ini menjadi rutinitas ibu ku.Dari hawa dingin hingga terik panas jam 12 siang baru ibu ku kembali kerumah."Hanya untung 500 rupiah nak....100 pake beli gula pasir,300 rupiah tabung ,seratusnya untuk ayah ku membeli tembakau sek.Nasi sisa pagi hari dibungkus rapi bersama sayur merungge dihantarkannya ke kebun .Disana ayahku sudah menanti.Ayah ku setiap jam enam pagi pada musim hujan sudah ada dikebunnya membersihkan rumput dilahannya di Wata Mae /Wato Kedosor.KAlo di musim panas tentunya dia beralih profesi sebagai tukang pembuat kapur putih,Namun sayang tidak berthan lama karena ganguan matanya yang memaksanya untuk berhenti total dari melaut.Tak ada yang pecial dari ayah ku.Orang nya pendiam,tidak suka bergaul dengan tetangga,atau bercengkrama di rumah tetangga.Akhirnya ayah ku memutuskan untuk membuat batu bata di Welo.Sungguh suatu berkah buat keluarga kami,Tanah Nenek oyang Landa Bethan di Welo dijadikan lahan untuk membuat batu bata.Nene Mia Pransa Hallan sungguh berhati mulia perjanjian semula bagi hasil namun kenyataan nya tidak seperti itu. Semua hasil diserahkan pada ayah ku.

Tuhan senantiasa beserta keluarga kami.PAda tahun 1979 setelah bencana banjir di larantuka 27 Februari .Ibuku mendapatkan kesempatan berobat /operasi prngakatan tumor di Rumah Sakit Lela.Adalah Pa Besa / Fr.Valens ;Ontu Lin;Ona Gala yang bahu membahu membatu keuangan dalam proses operasi ini.Dan semuanya berjalan dengan lancar.Saya bercucuran air mata ketika pagi itu bemo menjemput ibu ku di depan TKK .Mama Suster Ursula yang menjadi kepala sekolah TKK datang menggendong saya.Beliau sangat baik sekali dengan keluarga kami,Karena cinta kasih Nene Mama Peni Bethan yang begitu besar terhadapa susteran CIJ Waibalun.

PAda masa masa sulit itu tak ada yang mampu kami lakukan hanya bisa berharap dari bantuan keluarga besar Tukan /Nene Pa Todo Tukan.Sebuah keluarga besar yang penuh dengan suka cita iman yang luar biasa.Nene Pa Todo seorang confreria yang taat,nene Mama Peni Bethan dengan barisan Santa Anna tak henti hentinya berdoa keluarga setiap malam.Mereka berdua menjadi inspirasi hidup saya.

SDK Waibalun I menjadi tempat yang paling saya suka dan paling saya benci.Betapa senangnya saya ketika dapat masuk SDK Waibalun I.Ketika saya masuk kelas satu kakak saya tamat SD jadi semua pakain seragamnya tentunya menjadi milik saya.Dengan bangga saya berangkat kesokolah menyeberangi kuburan Waibalun.Yang tak pernah lupa setiap apagi saya selalu menyapa semua oyang oyang di Kuburan keluarga Oyang Luga & Oyang Uku.karena jalan setapak menuju kesekolah tepat disamping kuburan mereka.Mungkin mereka begitu bangga dengan saya karena semua letih,keluh kesah hidup dikeluarga kami ,saya katakan pada mereka bedua di pusaranya.

SD kelas dua menjadi petaka dalam mental saya.Semulanya saya yang seorang pemberani,hampir semua perkelahian dari TKK Nely sampai kelas I SD saya yang menjadi pemenangnya.Namun tidak demikian halnya setelah kejadian yang saya sebut dengan my end of character.Ketika ada bacaan SD kelas dua dengan judul " bermain" Ibu guru kelas yang juga kebetulan bibiku " Mama Ibu Isa" menyuru ku membaca......dengan lantang saya mebaca sebuah alinea "Hore hore teriak anak anak....." seisi kelas ku besrta mama Ibu Isa tertawa terpingkal pingkal ...saya pun bertanya dalam hati saya ada salah apa dengan saya hingga ditertawakan /dilecehkan seisih kelas.Ternyata saya tidak bisa menyebut huruf "R" sungguh menjadi hari kiamat bagi saya,mental ku jeblok seketika itu...sekolah pun menjadi momok bagi saya,ingin nya tidak mau sekolah lagi tapi pusaran Oyang Luga & oyang Uku senantiasa menjadi teman saya pada saat itu,semuanya kubebankan kepada mereka.Dan saya pun lanjut sekolah.

Kemiskinan adalah bagian dari hidup kami,bahkan selama SD saya hanya bisa mempunyai satu (1 ) celana baru.Selebihnya ibuku yang menjahit tangan sendiri entah dari mana kain yang didapatnya.Satu ketika saya melihat ibu ku kepantai,dan rupanya dia menemukan sehelai kain yang dibawah arus laut.diambilnya lalu dijahit menjadi celana,warna abu abu celananya hingga saat ini saya pun mengenangnya...tak ada perasaan malu,ataupun minder dalam pergaulan kami namun banyak orang yang mencemooh kami,menghina kami .Semuanya menjadi bagian yang sangat indah dalam hidup kami.Tuhan memberikan beban tentu sesuai dengan kemampuan umatnya begitulah kata ayah ku.

Ketika SD kelas IV saya harus menerima komuni pertama,ada alm Om Domi Tolan yang menjadi bagian yang sanagt penting dalam hidup ku. dia menghias rumah,membantu semua nya dirumah.Sungguh suatu yang luar biasa ketika pulang gereja melihat semuanya tertata rapih.Pada awalnya saya sudah pesimis bahwa tidak mungkin akan ada pesta dirumah.Ya cukum minum tea ,kopi saja,ternyata diluar dugaan ku.

SD kelas VI menjadi sebuah kebingungan dalam hati.....kakak ku yang pertama No Sil dia harus mengajar di Waiwadang / adonara sebagai guru bantu disana.Dan kakak kedua ku NoTan harus berangkat ke BAli atas inisiatif Uri Lala yang mau membiayai kuliah No Tan.Saya sendirian dirumah.Pada saat mengantar No Tan naik bis ke Maumere,selama 2 hari penuh saya menangis agar kakak ku jangan meniggalkan saya sendirian di Waibalun.Mama Mia & Pa Inggu tak henti hentinya berusaha untuk mendiamkan aku namun tangisan ku sungguh seperti dunia kiamat.Pada hakekatnya pada saat itu kami berdua selalu hidup bersama dalam suka dan duka,harta yang termahal yang ku miliki adalah No Tan dan sebalik nya.Kami selalu saling mengasihi,salang menjaga,saling membantu.HAri demi hari akhirnya saya mampu melupakan kepergian kakak ku.

Ketika duduk di bangku SMP kelas II SMPK Ratu Damai Waibalun ada perubahan dalam keluarga kami dengan berambahnya keluarga yankni Nene Pa Todo dan Nene Mama Peni bergabung di rumah kita. Mulai saat itu segala nya berubah dalam diri saya,Nene Pa & Nene Mama adalah sosok pendoa sejati mereka berdua mengajarkan saya tentang doa rosaria yang akhirnya menghantarkan saya masuk Seminari Menengah San Dominggo Hokeng.

PAda pagi hari di dapur ku yang senyap saya menemani ibu ku sambir bertanya " Mama mungkinkah saya sekolah di Seminari Hokeng"tak ada jawaban hanya terdiam sejenak lalu dia berkata" No....mama mau saja kamu sekolah dimana.....kalo kamu mau pergi ke seminari...mama senang ..tidak apa apa ..nanti kalo tidak jadi pastor juga tidak apa apa mama tetap terima No"
Yang menjadi masalahnya ketika menjelaskan pada ayahku,mungkin beliau sangat mengarapkan saya selalu dekat dengan dia jadi dia kurang memotifasi saya untuk sekaolah di Seminari.

Tiga Taon di Seminari San Dominggo Hokeng menjadi awal yang baru buat saya.Namaku di Waibalun dengan sebutan Nar diganti dengan Best Tukan.Waibalun di SeSADO adalah sebuah kekuatan besar pada saat itu dan sungguh disegani oleh teman teman yang lainnya.Pada tahun pertama saya berjalan selayaknya siswa seminari namun pada tahun kedua terasa ada perubahan dalam diri saya.Hampir setiap hari sabtu saya bolos pulang ke Waibalun.Senin pagi saya kembali lagi.Hampir semua majalah dinding mingguan di SESADO menjadi pelampiasan imajinasi ku.Saya menjadi seorang penulis syair puisi yang terkenal di seminari.Hingga pada tahun ketika saya memperoleh peghargaan dari Dinas Pendidikan Republik Indonesia karena menjuarai Lomba Cerper tingak Nasional.Merupak sebuah prestasi yang besar,dan membuat saya lupa diri.Saya menjadi bahan pembicaraan dalam lingkungan seminari apalagi saya dari kelas Sosial jika dibandingkan dengan anak anak Bahasa & Sastra. Pada saat itu saya bagai diatas awang awang...terasa seminari menjadi milik ku.hingga saya harus bolos pada saat paskah .

Saya di Panggil oleh Fr.Thomas Labina /sebagai pembiming rohani kalo saya harus dikeluarkan bersamaan dengan 27 siswa yang lainnya .Hatiku hancur r emuk dan pasrah...tak tahu lagi apa yang harus diperbuat.Akhinya saya memutuskan untuk pulang kampung sambil ngajak ayah ku ke seminari, siapa tahu para pastor bisa membantu saya untuk melanjutkan panggilan ku.Namun sia sia akhirnya saya harus dikeluarkan dari seminari .Selama 4 bulan saya dan saudara misan Jhoni Kleden yang bersamaan harus tinggal diluar seminari dan sekolah tetap diseminari.Tentunya menjadi kehidupan yang baru lagi...pengalaman yang berbeda lagi...sayang seribu sayang setelah kerasan menetap di rumah keluarga di Hokeng Jhonny melakukan perbuatan yang kurang terpuji dengan memacari anak tuan rumah...Oh Tuhan ku,,,,,,,,,,.....malu nya kita...ketika di bilang No...kalian tinggal disini makan disini lalu kalian berak dimuka kami...saya juga kena getanya karena sempat juga berpacaran denagn anak tetangga namanya Agustina ...dia akhirnya ke Jogjakarta ikut keluarga nya.

Ketika keluar dari seminari saya memutuskan langsung ke Bali,Kedua orang tua ku tidak mengijinkan namun akhirnya merelahkan saya pergi.....hingga saat sekarang dari tahun 1993


Nanti nyambung lagi ya.........

Goe ne wekik goen

  Nolon kene mor pa goen marin 'ekan manja wekim moen bain,moe ata kaya rayan hala' Koda piin goe kete sain pali wali . Ata iker tur...