Sabtu, 23 Mei 2009

KEMBALIKAN CINTA KU DI WAIBALUN

----- Original Message -----
From: BERNARD
To: poskpf_opini@yahoo.com
Sent: Saturday, January 10, 2009 3:49 PM
Subject: Kembalikan Cintaku di Waibalun
KEMBALIKAN CINTA KU DI WAIBALUN

Sebuah kutipan lagu heroic yang tercipta untuk orang Waibalun
“ kame ata le Balun
pehen koda adat sare
menjaga tuan tana .
lau nuha liko padak
rae tine ola etan
pe tukan tana kame
kame e ata Le Balun …etc.”

Sebuah bait lagu yang saya tulis tentang keabadian desa Waibalun – Larantuka – Flotim pada saya masih duduk di bangku kelas persiapan bawa Seminari San Dominggo Hokeng.Kebanggaan ku tentang desaku,tentang tatanan kehidupan beragama,beradat yang sangat serasi.Kehidupan yang begitu tertata rapi dengan segala macam hukum gereja dan adat yang menyokong tegak berdirinya desa Waibalun.Pada hamparan pantai Wato Gokok yang menjadi teman setia semua anak Waibalun bermain,alam yang begitu bersahaja menjaga Waibalun ,pada pulau Waibalun yang merupakan teman setia di hari minggu,pada hutan bakau yang melindungi desaku dari abrasi pantai,pada Ile Mandiri yang setia memberikan hasil hutan dan perkebunan yang berlimpah.Batas hayalan ku tentang panorama dan keindahan dasar laut Waibalun yang menjadi pesona abadi.Tuhan memberikan Waibalun sebuah harta iman yang abadi yakni tentang perjuangan geraja St Ingnatius yang kokoh berdiri dari zaman ke zaman karena dari sana terbitlah martir yang mempertahankan kesucian gereja nya.Nyanyian para confreria dalam bahasa latin terdengar indah ataupun para supporter Persiwa Yong Kudi yang menjadi bagian utama dalam setiap pertandingan sepak bola di Larantuka.

Jauh nun jauh disana terdengar ribuan suka daka tercipta di tanah kelahiran ku.mungkin karena perkembangan zaman yang terlalu cepat sehingga meninggalkan bekas yang begitu cepat.Semuanya ramai ramai meninggalkan kesucian tanah kelahiran ku dan mulai berbakti kepada dunia kegelapan.Mungkin lima puluh persen dari warga desa ku sudah pandai berjudi,pandai bela diri dalam perisai black majic,atau hampir semua anak berumur diatas 17 tahun sudah padai bermabuk dan berpesta ria.Ataupun nyaris sudah tidak ada lagi generasi muda yang mampu memenuhi panggilan hidup membiara.Carut marut tatanan kehidupan membuat generasi nya harus salah dalam memilih pasangan hidupnya tanpa lagi menilik aturan adat.Lagi sebuah kebanggan ku tercabik oleh pengakuan tentang kepemilikan pulau kesayangan ku “pulau Waibalun” Sungguh menjadi catatan yang luar biasa tentang hal ini.Mungkinkah suatu saat nanti pulau Waibalun menjadi sebuah pulau seperti Karakatau yang melutus dan pemilik pulau Waibalun mampu menanggung akibat yang terjadi karena letusannya.Lalu mengapa pengakuan ini secara aklamasi seperti ini.Dimana tuan tanah suku belen Waibalun. Adakah data yang menyebutkan tentang kepemikan pulau ini.

“Di negri orang ku rasa senang tapi lebih senang di negri sendiri” begitulah pepatah turun temurun yang di warisi tentang hati dan kecintaan terhadap Waibalun.Ingin hati merubah Waibalun ke wajah tempo dulu lagi.Namun rasanya tidak mungkin lagi Waibalun telah berubah dewasa dan berkembang sesuai dengan keinginannya sendiri. Mungkin kami yang ditanah rantau hanya bisa menahan ibah atas hancurnya kenangan masa kecil .Tak ada lagi hamparan pasir tempat bermain,tak ada lagi nyanyian malam dengan irama dolo dolo,desa ku jauh dari cita cita ku tentang keabadian desa para leluhur Ile Mandiri.

Mungkin di Waibalun orang orang sudah malu dengan nilai budaya tradisi para leluhur misalkan begitu banyak jajanan / makanan tradisional yang punah.Orang jawa atau Bali selalu setia dengan masakan nya namun tidak demikian dengan kita orang Waibalun.Orang lebih senang makan bolu daripada jajanan dari singkong.

Budaya pesta menjadi catatan yang menyakitkan di Waibalun karena pesta adalah sebuah perlombaan gengsi besar besaran yang menghabiskan dana jutaan rupiah hanya untuk menunjukkan superioritas dalam pesta.Entah darimana datangnya budaya ini yang terasa aneh karena semua arang di Waibalun mampu membuat pesta yang meriah dengan undangan ratusan orang dalam dana yang besar pula.Yang menjadi ironis nya ialah demi pesta yang modern orang lupa akan keaslihan/kekhasan pesta adat di Waibalun.

Ingin hati merubah kembali ke garis yang semula namun rasanya tak mungkin karena hampir semua orang di Waibalun tidak lagi bercerita tentang indahnya Waibalun di tempo dulu.


Penulis
Bernardus Bala Tukan SS
Jl.Raya Pandu Gang Pandu Permai No 5
Br.Dukuh – Dalung- Kuta Utara- Bali
Kelahiran Waibalun menetap di Bali
Bekerja di Bidang Travel Agent & Perhotelan
T.el – 0361- 7435465


To : Kupang Pos
Minta tolong dimuat di Kolom pembaca Opini
& terima kasih atas bantuanya untuk berkembangnya Larantuka

Thanks KEMAMU

Malam bae No Kemamu lau Kerawang
terima kasih aja jaha o...No Kemamu Billy Haen ...lango mio rae lewo tega..
Blog moen mae jaha.....goe hulan buto kae turuk nekon muan dihala mo...kolat gelek jaha...leron dituruk hala...teka diabets....eman tilu moe maan goe takut di.....tapi informasi moen mae jaha

Terima kasih aja jaha...ekan bekel te blog goen piin wi nekut tulis baca bahasa Waibalun....haaaaaa

Goe ne wekik goen

  Nolon kene mor pa goen marin 'ekan manja wekim moen bain,moe ata kaya rayan hala' Koda piin goe kete sain pali wali . Ata iker tur...