Senin, 22 Juni 2009

TANAHKU HANYA COCOK UNTUK JAGUNG

TANAH KU HANYA COCOK UNTUK JAGUNG


Pepatah tua “ dimana bumi dipijak disitu langit di jinjing or masuk kandang kambing mengembik masuk kandang harimau meraung” mungkin ini sudah tidak pas lagi dengan kita di Larantuka.Secara geografis kita tidak masuk dalam kategori daerah agraris dengan lahan pertanian dengan menanam padi yang lebih cocok adalah jagung.Berabad – abad lama nya kita mengenal jagung sebgai makanan pokok.Jagung tua dikeringkan lalu dipecahkan dengan batu ataupun mesin penggiling hingga halus lalu dimasak.Dan pada tempo itu kita hanya mengenal jagung yang berwarna kuning. Pada awalnya bahwa kita mengakui nasi jagung adalah makan pokok kita.Namun seiring dengan program pemerintah yang mentereng akhirnya lupa daratan kita akan makanan pokok kita.Di Larantuka tak ada lahan sawah namun rakyatnya diminta dan minta makan nasi beras.Karena pemerintahnya yang menginginkan rakyatnya tidak menderita karena hanya bisa makan nasi jagung maka beras pun didatangkan dari berbagai daerah.Mungkin dengan makan nasi jagung pemerintah menggangap rakyatnya hidup dibawah standar garis kemiskinan Atau karena rasa dan cara pengolahan nasi jagung terkesan biasa biasa saja dan ditambah kesan jelek terhadap yang berwarna kuning.Lalu berangsur angsur rakyatnya meninggalkan nasi jagung.Rakyat tak pernah lagi diajar untuk menanam jagung bahkan rakyatnya pun terkesan sudah melupakan nasi jagung.Dan naas bagi rakyat ketika harga beras dipasaran ( khusunya pulau Jawa ) beranjak naik maka rakyat Larantuka pun mulai kelimpungan.Bagi pegawai negri adalah hal biasa biasa saja sedangkan rakyat biasa bisa dikatakan sungguh kasihan.Pendapatan kecil namun pengeluaran meningkat.

Ketika kebutuhan pokok / tradisi masyrakat setempat dirubah secara total tentu mengakibatkan bentuk perubahan yang sangat mengikat di level masyarkat yang paling bawah.Menanam jagung saja susah karena sudah tidak ada lagi yang mau membeli hasil tanaman jagung,ataupun lahan yang sudah mulai menipis tingkat kesuburannya maka beban masyarakatpun bertambah.

Lalu sebagai alternative mulailah pemerintah Larantuka membuat program baru dengan menanam jambu mete.Hasil nya lumayan bagus untuk menalang pembelihan beras.Maka yang terjadi petani di Larantuka lupa menanam jagung.Lebih bagus menaam mete untuk membeli beras daripada menaman jagung.

Sungguh kasihan melihat hal ini.Ketika kemampuan secara alami adalah bercocok tanam dengan produk jagung dikonversi ke beras namun rakyatnya tidak tahu cara menanam beras bahkan tidak ada tempat lagi untuk menanam jagung karena rakyatnya sudah lupa menanam jagung dan beralih menjadi petani jambu mete.

Apa yang salah dan inikah yang disebut dengan kesalahan .Ketika kemampuan rakyat kita hanya bisa menanam jagung karena lahannya hanya bisa ditanam jagung dipaksa dengan makan beras yang adalah sampai kapan pun kita tidak bisa memproduksikan.

Pemerintah pusat boleh saja memproklamirkan “SWASEMBADA PANGAN / BERAS SUDAH TIDAK DI IMPORT LAGI” bagi rakyat ku di Larantuka beras sama mahalnya dengan gading yang mana yang kita miliki tanpa kita ketahui bahwa kita bisa menghasilkan barang yang kita miliki.Memiki beras di Larantuka seumpama dengan mengimport barang mewah……..YANG SEHARUSNYA ADALAH SWASEMBADA JAGUNG…….
1. Pemerintah bodoh dalam mengabil kebijaksanaan
2. Pemerintah hanya bisa membuka mata secarah umum dan menutup mata di bagian yang sempit.
3. Rakyatnya terbuai akan cita cita tinggi pemerintahnya
4. Celakah dua belas kita tak memiliki sumber ketersedian akan makanan pokok kita lagi……………
5. AH…PUSING MIKIRIN KAMU….MENDINGAN BOBOH AZA……..

Goe ne wekik goen

  Nolon kene mor pa goen marin 'ekan manja wekim moen bain,moe ata kaya rayan hala' Koda piin goe kete sain pali wali . Ata iker tur...