Rabu, 30 April 2008

Koda Kenirin

Prae dein Ile Mandiri
Pe lodo hau
ate saren lewo saren
lango belen ata kame jadi

Pe lau lewa lewo papan
pe lewa wewan hutun
atek sare niku rae
Lewo goen belen
naan naran Waibalun

noon sina ama
jaga golek
lali heti
lau rae
pe laran Nama
pe Kudi Lelen Bala
atek goen doan
sudi hala gelupa hala
laran piin meten doan
sare pali goe balik rae
kaan lenggor leik limak
lali tuan Kudi laran nimun

ojok golo
hura bura
napin laja bajan sare
go niku genan laran
turonk hogo majan naran
pali wali goe hukut naran mio
lewo goen Waibalun

Kenangan Pater Franco Soka SVD

Pada masa kecilku di tahun 1970 an di Waibalun di pimpin oleh Pater Franco Soka SVD.Salah satu pastor yang paling disayangi oleh umatnya.Seorang figur yang ramah,kasih sayang terhadap semua umatnya,khususnya anak anak yang masih duduk dibangku sekolah.Terkenang ketika saya masih di Taman Kanak kanak Neli atau yang lebih dikenal TK NELI setiap pagi begitu rajin saya ke sekolah karena pastor yang ringan tangan ini sangat akrab dengan anak anak.Terkadang dibagikannya permen ataupun susu dan juga mangganya.Khotbah nya yang sangat menyentuh dihati membuat anak anak begitu rajin ke gereja pada hari sabtu sore.

Di TK Neli yang penuh kenangan dengan para suster.Jadi ingat saya sama Mama Suster Ursula.Beliau begitu menyayangi kita semua dan sebagai seorang sosok biarawati yang sangat baik untuk kami semua pada saat itu.Sudah begitu lama saya kehilangan sosok mama suster Ursula.Nene mama Peni Bethan begitu menyayangi beliau sehingga komunikasi antar keluargaku dengan susteran begitu bagus.

Mungki saya masih berumur 4 tahun ketika pater Franco Soka datang diWaibalun.Tarian,lagu yang megah dan meriah menghantar pastor berkebangsaan Italy ini untuk pertama kali datang di Waibalun.Arak arakan di depan Gereja St Ignatius terasa begitu mulia,hingga masih terkenang dihati saya.Beliau menyangi umatnya dengan tulus,tidak memandang siapapun.

Pada masa masa itu juga begitu banyak turist yang datang ke Waibalun dan menjadi pemandangan yang begitu indah.Hampir setiap bulan ada turist yang datang.Dan karena hal itu hampir semua anak anak pada masa itu begitu bahagia melihat turist.Anak anak mengikuti turist dari belakan laksana gembala dan dombanya.Sungguh luar biasa pada tahun itu sudah ada turist yang datang di Waibalun .Pantai Lewolere menjadi nominator dan tentunya keindahan pulau Waibalun menjadi tempat wisata diving yang sempurna.Begitu bahagianya para pelancong yang datang ke pulau Waibalun karena pada masa itu tidak ada sama sekali yang namanya kapal laut yang menyeberangi perairan ini dan tentunya membuat flora & fauna bawa laut yang begitu fantastis....

Pada tahun delapan puluhan pater Franco Soka pun meninggalkan Waibalun.Tangisan perpisahan pun menghiasi perpisahan itu.Beliau Pater Franco Soka SVD menjadi seorang tokoh yang tak terlupakan di gereja St Ignatius Layola Waibalun . Beberapa kali beliau masih sempat bersuarat buat umatnya di Waibalun dan sekarang beliau berada di Roma Italy.
Thanks so much Pater Franco Soka SVD

Kamis, 24 April 2008

Memancing

Orang Waibalun mempunyai banyak pengalaman dengan laut.Karena daerahnya tepat dipinggir pantai maka secara otomatis semua warga waibalun mempunyai keahlian dalam mancing.
1.Gima
Adalah sebuah tradisi yang paling kuno yang bisa dikategorikan dalam zaman batu.Dimana para leluhur didesa ini membuat perangkap dari timbunan batu.Batu ditimbun sekitar satu meter dan dibuat seperti lingkaran huruf U yang pada air pasang begitu banyak ikan yang berkeliaran didalamnya dan pada saat air laut surut maka ikan ikan itu akan terperangkap didalamnya.
Ada juga cara lain dalam istilah ini adalah mencari siput kerang yang nempel pada batu.
2.Blutu
Sebuah carah yang sangat akurat untuk menagkap ikan dalam kodisi yang hidup.Dimana dibuatkan sebuah perangkap penankap ikan yang terbuat dari bambu.Bambu dianyam dalam bentuk sebuah bujursangkar disertai dengan sebuah lubang.Didalam perangkap ini dubuatkan jalan ikan yang tentunya begitu sulit bagi ikan untuk keluar dari perangkap ini.Karena blutu ini dalam ukuran yang besar maka membutukan tali untuk menurunkan dan menaikannya dari dalam laut.Pada setiap pojok perangkap ini diikatkan batu sebagai pemberat agar perangkapnya tidak terbawa oleh arus bawa laut.
Ada juga bagi anak anak dibuatkan sebuah perangkap namun yang lebih kecil yang di sebut "wewa"namun bedahnya terletak pada ukuran dan pemakaiannya.Wewa dipasang didasar laut dengan menyelam dan didalamnya di pasang umpan.Dan tentunya yang terperangkap didalamnya hanyalah ikan kecil.
3.Hetont
Hetont adalah sebuah cara tradisional menangkap ikan di malam hari.Dan hal ini tidak dilakukan setiap malam hari melainkan ketika air laut surut panjang / pada saat bulan purnama.Segala jenis ikan,gurita,cumi.Dengan menggunakan tombak tradisional/Keturak dan lampu petromax orang waibalun menelusuri malam dengan berjalan didalam laut.Tentunya membutuhkan keahliahan dalam menombak.
4.Wedan / Huan
Memancing tardisional dengan cara yang unik.Hal ini hanya dilakukan pada sore hari pada waktu tertentu dan mendapakna ikan yang tertentu pula.Umpan terbuat dari bulu ayam yang dipilihkan secarah khusus.
5>bagan
Penagkapan ikan dengan perahu traditional / jukun dengan menggunakan pukat dimana pada zaman dulu menjadi suatu yang sangat diminati.
6.Tubak Io Kiko
Adalah suatu lambang kepuasan pada saat itu ketika tetua menangkap ikan Hiu.Mungkin dalam bahasa indonesia orang waibalun sulit menjelaskan nama ikan hiu nya namun yang pasti adalah begitu banyak ikan hiu ataupun paus yang tergeletak di pantai Waibalun.Pada masa kecil ku ,disamping rumah ada seorang pak tua yang terkenal dengan jago penakluk ikan hiu.adalah bapak Uka...hanya menyendiri seorang diri dia melaut menangkap raksasa laut ini.Tentu yang dicari hanyalah hati ikan hiu untuk diminum dengan arak moke nya.Sedangkan dagingnya dibagikan ke seluruh warga di Waibalun.dia terkenal dengan raja mabuk.Karena sehabis menagkap hiu,makan hatinya sambil minum arak tentunya meghabiskan malam yang panjang dan dua hari dua malam bapak uka berbicara,bernyanyi sendiri dirumahnya.

Selasa, 22 April 2008

Ana Sambo Baru

Siapa yang tak kenel dengan ungkapan yang lazim terjadi di Waibalun"Ana sambo baru,nae data po baru,beli baju baru dudo garu garu..dudo garu garu" Sebuah tradisi yang sulit terjadi didaerah lain yakni Penerimaan Sakramen Pertama.Ketika duduk di bangku SD kelas 3 tentunya semua siswa giat belajar supaya bisa naik kelas 4.Semua persiapan dimulai ketika mendengan berita kenaikan kelas.Kalender pun langsung dicari bertepatan dengan Hari Raya Tri tunggal Maha Kudus maka terciptalah sebuah perayaan yang super meriah.Budget yang keluarpun tidak tanggung tanggung.Undangan menyebar keseleruh plosok desa.Bahkan satu kepala keluarga mendapatkan 50 kartu undangan.Hari yang melelahkan tentunya bagi semua warga yang mempunyai banyak sanak family yang mempunyai anak kelas 4 yang ikut komuni pertama.Misalkan SDK Waibalun I mempunyai siswa kelas 4 /dari desa Waibalun berjumlah 20 orang + SDK Waibalun dua 20 orang + SD Impres 20 orang maka bisa dipastikan 60 orang yang akan melangsungkan pesta dalam satu hari itu.Semuanya menjadi lautan pesta pora.Alunan musik meraja lelah tentunya dengan volume yang begitu dasyat.Patut dicatat bahwa pendapat orang Waibalun bahwa sebuah pesta idendik dengan musik tarian dan minuman.Dan yang menjadi sebuah urusan yang sangat penting yaitu konsumsi.Fegili ( begitulah kata orang waibalun untuk satu hari sebelum perayaan tersebut diatas tepatnya pada pukul 03 dini hari semua orang waibalun sudah bergulat dengan pembantaian babi.Hampir dipastikan minimal untuk sebuah pesta komuni pertama dikeluarkan 3 sampe 5 ekor babi dengan berat kurang lebih 100 Kg.Pada dini hari itu terdengar tangisan babi hampir terdengar dari ujung timur sampe ujung barat Waibalun.

Pagi hari pukul 8:00 anak anak sambo baru berbaris didepan pintu Gereja St.Ignatius Layola dengan berbaju serba putih.Sebatang lilin ditangan kanan dan diapiti kedua orang tuanya masing masing.Terdengar sesama orang tua berbisik tentang persiapan pestanya.Para guru pembina dan pastor bersiap siap menghatar anak anak ini kedalam bagunan gereja yang diperkirakan dibagun sejak zaman Porto.Syangnya orang Waibalun tidak terlalu senang dengan arsitektur kuno.Jadi gereja ini terkesan laksana gereja modern.Gereja tua itu sudah hilang dan diatas tanah itu bangun gereja baru.Mungkin bagi orang Waibalun yang tinggal dikampung merajakan sebagai suatu kemajuan yang luar biasa.Namun bagi saya yang menetap ditanah perantaun tak mungkin mendapatkan lagi suasana gereja leluhur ku.Nyanyian paduan suara anak anak menghetakan hati ku teringat pada masa masa kecilku ketika menerima komuni pertama.Pa dan mama mu mendampingi ku bersama berjalan mengintari altar gereja.Tuhan disini Kau berikan hati yang damai,cinta yang luar biasa atas tanah tumpah darah Waibalun.mungkin hanya itu ungkapan hatiku ketika melihat kerinduan anak anak untuk dapat menerima sakramen komuni pertama.
Kala koor pembuakan di awalai dengan lagu"Datanglah Kepada Ku " airmata ku menetes mungkin haru tercengang aku menatap patung tua Santo Yosep & Santa Maria yang masih utuh tegak berdiri di putaran altar.Sambil menatap istri ku yang baru pertama kali datang ke desa ku ..lalu aku berkata maafkan aku..hanya ini yang bisa ku berikan kepadamu.Sebuah desa dengan tradisi gereja yang begitu melekat dalam pejalanan hidup orang Waibalun.Saya sangat berharap kalo kalo suatu hari nanti kami akan kembali ke Waibalun dan bisa benyanyi bersama di gereja ataupun masmur tanggapan.

Sekembalinya dari gereja semua orang menyalami anak sambut baru.Pesta pun dimulai.Sepanjang siang dan malam itu hingar bingar musik,muda mudi yang berjoget dansa ,mabuk mabukan .Mungkin hari ini adalah hari yang terakhir hingga pesta lupa segala galanya.Begitu kata ku kepada istriku.Waibalun identik dengan pesta.Entah sejak kapan dimulai dengan tradisi ini namun rasanya sulit sekali untuk dirubah.

Namun satu yang takan pernah saya lupa adalah "pai taan hama hama tite kaka arin epu dega soron sera tite tobo taan tou"

Senin, 21 April 2008

Tradisi di Waibalun

1.Menam / Mula
Pada setiap pengantian musim dari panas ke hujan semua warga tentunya memiliki kebun,entah itu hanya kebun jagung,ataupun kebun padi berbondong bondong membuka lahan baru / buka etan.Kepala adat / tuan tanah Waibalun bersama sama dengan warganya berkumpul membicarakan pembagian tanah yang akan digarap.Setelah semuanya terbagi maka dimulailah dengan penebangan hutan yang ditandai dengan upacara adat pemotongan ayam jantan,yang dimasak dengan "tapo wain"/santan kelapa sebagai sesajian dan ungkapan syukur kepada tuan tanah Ile Mandiri.Bernyanyi bersama sama,beramai ramai layaknya pesta di tengah ladang.
Mulailah orang tua menyiapkan "era" bibit padi/jagung dikeluarkan dari "Keba"/Lumbung dan dibawa keladang untuk ditanam.Semuanya dilakukan secara tradisional.Sambil berpantun"tubak lodo e tawa gere"secara berirama diayunkan bambu/kayu yang pada unjungnya dibuat tanjam untuk bisa menembus tanah."Era"dimasukan kedalam lobang sambil menunduk memasukannya paling maksimal 4 biji untuk jagung dan 10 biji untuk beras.Sebagai catatan pada masa itu petani di Waibalun tidak pernah mengenal beras putih.Yang ada hanya beras merah.Untuk menghormati masa tanam ini Para leluhur Waibalun membuat sebuah dongeng yang sangat heroik."Pada asal mula eten"bibit" tercipta dari hati seorang ibu yang merelahkan hatinya dicabik dan ditanam ditanah dan tumbuh menjadi padi /jagung."Jadi bagi semua orang waibalun memberikan perhormatan yang begitu tinggi kepada bibit karena merupakan perwujudan dari hati seorang ibu yang merelakan nyawanya untuk manusia.
2.Nuan munak lako
Adalah sebuah musim yang mana pada saat padi/jagung sudah mulai berbuah,begitu banyak monyet,babi hutan,babi landak yang menjadi musuh utama karena merusak tanaman.Tentunya kejadian ini berlangsung pada malam hari.Jadi pada musim ini hampir semua pria didesa Waibalun harus rela tinggal dikebun yang gelap gulita dalam suasana hujan hanya dengan bermodalkan api unggun yang menemani tidur malam para petani ini.Adapun setiap petani membuat jeratan " Witu" untuk menjerat semua hewan liar.
3.Nuan hama Ma
Musim panen menjadi sebuah penantian yang indah para orang tua memetik beberapa jagung untuk menandai jagungnya sudah layak dipanen dibakar dan dimakan bersama keluarga.Jagung padi pun mulai dipanen.Tentunya semua petani memiliki "keba"lumbung dikebun.Semua hasil panen disimpan didalamnya dan beberapa saat kemudian desa Waibalun menjadi sunyi senyap karena semua orang berpesta diladangnya masing masing /pesta "hama ma"/Gahak wata tentunya semuanya tidak lepas dengan tradisinya yakni bernyanyi,berpantun.Sebuah lagu yang tak pernah luput dari telinga saya kala itu adalah "sara biti bom bele"syair lagu ini menjadi ikon kegembiraan para petani dan hanya biasa dinyanyikan pada masa "gahak wata" Jagung menjadi makanan utama bagi desa Waibalun pada saat itu.Semuanya tersediakan dari jagung bakan,jagung titi,jagung rebus.Hari yang bahagia untuk dikenang...Kebun / ladang yang sepih menjadi merdu riang gembira.

Mungkinkah semuanya tinggal kenangan.Ketika pemerintah mencanangkan tanam beras orang Waibalun mulai tidak mengakui dirinya pencinta jagung.Bahkan sampai tidak ada lagi orang yang bisa membuat jagung titi."Wata iti alan hala kae...ata lewo pi raan peen hala kae" begitu zaman meggeserkan pandangan orang Waibalun.Mungkin bisa dikatakan orang akan bersembunyi ketika makan nasi jagung..entah karena warnanya yang terlalu menyengat ataupun karena malu atas zaman....Hari berganti hari ..ladang jagungpunhilang,bunyi para penggiling jagung tak terdengar lagi..dan hilang hingga mesin penggilingpun jadi besi tua.

"pe rae Ile Mandiri
pe atek nurun matan hutun
susa tujak soga laran leba hana
belara atek goe golit wato ekot
nuan piin matan getan
kame toda horon onek rae elan belen
Lali tuan kudi lelen bala
pe nuba igo laran kame jaga hode koda...."

Thanks to my Waibalun's spirits....

Jumat, 18 April 2008

My Profile

Nuha Waibalun adalah nama sebuah pulau kecil di Kabupaten Larantuka NTT,Indonesia,Nuha berarti pulau kecil dan Waibalun diambil dari nama desa dimana jarak antara pulau dan desa ini begitu dekat dan pulau ini menjadi pelindung utama desa ini dari hempasan ombak dan angin pantai.100 % penduduknya beragama Katolik dengan bangunan desa yang tertata rapi.Mungkin bisa kita katakan peninggalan zaman Portugis.Disini didirikan sebuah gereja kuno " St.Ignatius dari Layola bahkan dalam catatan ensclipodia Gereja Katolik tercatat sebagai salah satu basis penyebaran agama Katolik hingga tercatat seorang missionaris dari Potugis yang meniggal disana akibat perang antar penganut agama pada zaman ini.Dia yang dikenal dengan sebagai seorang missionaris yang bersahaja "Joao Travassio".Gerejanya dibakar dan umatnya bahkan nyawanya tertumpah demi desa Waibalun ini.

Missi menjalankan tugasnya dengan sempurna di tanah Waibalun yang mana dibangun Gereja,Susteran,Taman kanak kanak ,SDK Waibalun I & II,SMP,Rumah paroki,BKIA,Lapangan sepak bola Yong Kudi ,Kuburan umum,bahkan 3 sumur disediakan bagi umat Paroki ini.

Desa ini dikenal dengan mitos hidup membiara yang secara turun temurun menghasilkan Uskup,Pastor,Romo,Suster,Frater,Bruder.Semuanya ada di sini.Desa yang kecil di batas kota Larantuka yang sekarang ini.

Waibalun awal mulanya menjadi desa adat dan kerajaan Larantuka namun pada jaman penjajahan Portugis dipindahkan ke tempat yang baru yang kita kenal sekarang sebagai Larantuka kota Renha Rosari.

Waibalun mempunyai peranan yang penting dalam pembagunan di Larantuka yang mana pada zaman dulu missi menggunakan orang Waibalun sebagi Guru ( pendidik/pengajar) ,Tukang batu,tukang kayu yang bekerja hingga dipedalaman kabupaten Larantuka.

Raja Waibalun yang termasyur adalah Raja Kudi Lelen Bala.Yang kita kenal sebagai tuan tanah Waibalun.Keunikan dari desa ini adalah memiliki sukuisme yang begitu tinggi yang menopang kekuatan mental dan spirit semua warganya.Desa ini laksana sebuah negara yang mana memiliki Raja,Lagu kebangsaan( O Waibalun Tanah Airku Tanah Tumpah Darahku),Lagu perjuangan ( Tite ana ana Waibalun Tite pi dein te eret tite pi liko Bapa Kepala Jaga aturan adat Waibalun) mempunyai tarian adat,Rumah adat,Bahasa Waibalun,mempunyai benteng pertahanan dibatas desa (namun sudah hilang)

Mempunyai aturan adat adalah mutlak dalam lingkungan masyarakat dan tentunya juga desa ini,semuanya diatur dalam tatanan adat yang sangat rapi dan selalu berjalan dari masa kemasa.

Saya pun mencoba mengenang Waibalun dalam syair "
"Kame ata Le Balun Pehen koda adat sare menjaga Tuan Tanah
Lau Nuha liko lapak
Rae Ile ola etan
Pe tukan tanah Kame
Kame ata Le Balun"

Ada beberapa orang tua yang masih sempat bercerita kepada anak anaknya tentang suka duka desa ini.Pada zaman dulu desa mengalami masa yang sulit yakni terjadi kelaparan dan wabah penyakit yang hampir membunuh semua warganya "penyake bele" begitulah istilahnya orang tua zaman dulu.Bahkan beberapa waktu yang lalu saya sempat mendapat cerita dari orang disana bahwa ketika orang menggali tanah banyak ditemukan tengkorak,tulang belulang manusia tanpa identitas dan diperkirakan ratusan tahun yang lalu.Namun sayangnya belum ada yang mengidentifikasi masalah ini.

Waibalun mempunyai Pantai yang indah dan memiliki nama yang yang sangat unik.Wato Gogok " Batu yang bisa berkokok layaknya ayam".Air kenari" pantai yang ada pohon Kenari,Air Hukak,Air Hajon,Air Bao.

Waibalun mampu memberikan apa yang lebih besar lagi dari pada ceritaku disenja ini.Tentunya saya akan bercerita lagi tentang desaku ini. Bernard di Tanah Bali

Goe ne wekik goen

  Nolon kene mor pa goen marin 'ekan manja wekim moen bain,moe ata kaya rayan hala' Koda piin goe kete sain pali wali . Ata iker tur...